Halaman

Minggu, 18 September 2011

Pulau Buru yang Kian Diburu

Tak bisa dipungkiri, pesona Indonesia Timur kian berkilau dengan daya magnet tinggi, yang berhasil menggiring orang dari berbagai belahan dunia berdatangan. Di antaranya adalah Maluku, yang terkenal berkat paduan warna pasir putih dan laut yang begitu cantik, dengan pemandangan alam bawah laut yang tak kalah memukau.

DI DARATAN, Maluku bagaikan sebuah museum hidup yang menyimpan beragam kisah pergolakan dan sejarah perjalanan Republik, sejak masa kolonial hingga kini. Salah satunya adalah pulau Buru.

Menyebut nama Buru, sulit untuk tak segera mengaitkannya dengan sejarah politik Indonesia masa silam. sekitar empat dekade lalu, pulau mungil di sebelah barat pulau Ambon itu menjadi tempat pembuangan ribuan tahanan politik dan kaum intelektual yang dianggap bersebrangan dengan pemerintah pusat. Salah satunya adalah Pramoedya Ananta Toer, yang meski dalam kondisi serba terbatas, tetap berkarya dan menghasilkan berbagai buku.

Selama menjadi tahanan politik di pulau Buru, ia pun megeluarkan kumpulan novel yang legendaris dan telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. apalagi kalau bukan Tetralogi Pulau Buru yang merujuk pada empat novel dan nengungkapkan sejarah terbentuknya nasionalisme pada awal Kebangkitan Nasional. Bahkan, tak sedikit yang baru mengenal nama pulau Buru setelah bersentuhan dengan karya-karya Pram itu.

Kini, potret buram Buru sebagai tempat pembuangan mulai terkikis. Kian banyak wisatawan yang penasaran untuk mengunjungi demi mereguk keindahan Buru, sekaligus berwisata sejarah.

Selasa, 28 Juni 2011

Penemuan Mesin Fotokopi (Part1)

Hari itu, tanggal 8 Februari 1906. Seorang penemu telah lahir. Chester F. Carlson lahir dari pasangan orang tua yang sakit-sakitan. Dia anak tunggal. Ayah ibunya tidak mampu mencari nafkah, karena menderita penyakit TBC, penyakit paru-paru yang sangat ditakuti masyarakat saat itu. Mungkin karena itu, dia tumbuh menjadi seorang yang tabah dan tekun. Dalam usia 12 tahun, dia harus bekerja keras. Dia sudah bangun pagi buta, lalu membersihkan kaca jendela majikan. Seusai sekolah, dia membersihkan lantai kantor bank. Sorenya, membersihkan kantor surat kabar.

Keadaan seperti itu biasanya menyebabkan anak-anak putus sekolah. Namun, tidak bagi Chester Carlson. Baginya, pendidikan adalah senjata ampuh memerangi kemiskinan, alat untuk mencapai kebahagiaan. Dia mengambil keputusan: sekolah sambil bekerja. Selagi duduk di bangku sekolah menengah atas, dia menerbitkan sebuah majalah bagi ahli kimia amatir dengan menggunakan sebuah mesin cetak tua yang diperolehnya karena membantu seorang pencetak.

Selagi mengikuti kuliah di Institut Teknologi California, dia tetap merawat ayahnya, di samping mencari nafkah. Jelas hal itu bukan pekerjaan mudah. Berarti tiap hari dia menghadapi tiga macam tanggung jawab: bersekolah, merawat ayah, dan mencari nafkah. Ternyata dia dapat mengatasinya tanpa mengeluh sedikit pun. Bahkan lima tahun kemudian dia berhasil meraih gelar sarjana, meskipun harus menanggung utang sebesar US$ 1.400.

Dengan menamatkan studinya di Institut Teknologi California tidak berarti berakhir pula pengalaman pahitnya. Hampir seratus surat lamaran kerja yang dibuatnya ditolak oleh berbagai perusahaan. Akhirnya, dia memperoleh pekerjaan tetap di suatu perusahaan elektronika, tepatnya di bagian paten, pada tahun 1930.

Proses penemuan fotokopi bukan karena di tunjang oleh fasilitas yang memadai, tetapi karena ketekunan. Dia mengatur waktu kosongnya yang relatif singkat. Ketika menginjak usia 29 tahun, dia sudah mulai mengadakan penelitian tentang berbagai efek cahaya atas berbagai bahan guna memindahkan sesuatu tulisan dari satu lembar ke lembar lain. Karena itu, dia mulai bereksperimen di apartemennya dengan menggunakan efek fotoelektrik untuk mengadakan penggandaan. Tiap menjelang tidur malam, dia membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan.

Penelitian, jelas memerlukan laboratorium. Karena itu, dia menyewa sebuah kamar sempit yang sangat sederhana di Astoria. Soalnya uangnya tidak cukup, karena gaji yang kecil sekali.

Minggu, 12 Juni 2011

Mimpi

Jika hatimu terasa gundah
Berbaringlah dalam kesunyianmu
Bila hatimu tak lekas cerah
Pejamkan mata dan tidurlah
Bawalah dirimu terbang dan melanyang
Dalam indah dunia mimpi

Jika hatimu t'lah riang
Buka mata dan bangkitlah dari mimpimu
Karena ada orang yang menantimu

Angkuh

Kau angkat wajah memandang langit
Tersenyum sinis dalam kemenangan
Kemenangan semu yang tak abadi
Dunia bagai telah kau rengkuh
Semuanya, selamanya

Tapi ku tahu
Kau angkuh dalam rapuhmu
Mencabik-cabik sendiri dalam sakit
Semakin aku tersenyum
Akan semakin sakit bagimu

Kau ingin berteriak
Memakiku
Mencakarku
Tapi kau tak mampu
Karena kekuasaan itu
Bukan milikmu

Sabtu, 11 Juni 2011

Orang Terbuang

Terdudukku disudut ruang
Memandang langit yang semakin petang
Hanya suara jangkrik menggema
Melolong-lolong sambut gelapnya dunia
Semua terasa mencengkram
Mencengkram dalam kesunyian

Dalam terik matahari esok
Ku masih terduduk disini
Bak seonggog sampah
Tertiup angin kemarau yang membakar jiwa
Tergores luka hingga berdarah-darah

Inginku menjerit sekuat tenaga
Tapi mulut terbungkam
oleh pisau kedukaan

Jumat, 10 Juni 2011

Kematian Hati

Bila mentari tak lagi menyinari
Apa daya merpati mencari pagi?
Tiada lagi wajah yang berseri
Yang ada hanyalah air yang mengalir,
di pipi kanan dan kiri

Malam yang kelam telah hadir
Selimuti bumi dengan kilat dan petir
Yang menyambar membakar
Menghancur leburkan hatiku
Kini yang tersisa hanyalah puing-puing kegalauan
Yang terasa perih
Yang terasa pedih
Yang hancurkanku dalam sekejab waktu
Dengar Semua!!!
Tolonglah aku yang sedang sekaratini
Tlah kau tusukku dengan pisau belati
Dan kau caci maki sesuka hati

Selamat Datang...

Selamat Datang di blog saya,
Silahkan sekedar melihat-lihat atau bisa juga memberikan kritik, saran, serta komentarnya tentang hal yang tersedia di blog ini. Terima Kasih.