Halaman

Selasa, 28 Juni 2011

Penemuan Mesin Fotokopi (Part1)

Hari itu, tanggal 8 Februari 1906. Seorang penemu telah lahir. Chester F. Carlson lahir dari pasangan orang tua yang sakit-sakitan. Dia anak tunggal. Ayah ibunya tidak mampu mencari nafkah, karena menderita penyakit TBC, penyakit paru-paru yang sangat ditakuti masyarakat saat itu. Mungkin karena itu, dia tumbuh menjadi seorang yang tabah dan tekun. Dalam usia 12 tahun, dia harus bekerja keras. Dia sudah bangun pagi buta, lalu membersihkan kaca jendela majikan. Seusai sekolah, dia membersihkan lantai kantor bank. Sorenya, membersihkan kantor surat kabar.

Keadaan seperti itu biasanya menyebabkan anak-anak putus sekolah. Namun, tidak bagi Chester Carlson. Baginya, pendidikan adalah senjata ampuh memerangi kemiskinan, alat untuk mencapai kebahagiaan. Dia mengambil keputusan: sekolah sambil bekerja. Selagi duduk di bangku sekolah menengah atas, dia menerbitkan sebuah majalah bagi ahli kimia amatir dengan menggunakan sebuah mesin cetak tua yang diperolehnya karena membantu seorang pencetak.

Selagi mengikuti kuliah di Institut Teknologi California, dia tetap merawat ayahnya, di samping mencari nafkah. Jelas hal itu bukan pekerjaan mudah. Berarti tiap hari dia menghadapi tiga macam tanggung jawab: bersekolah, merawat ayah, dan mencari nafkah. Ternyata dia dapat mengatasinya tanpa mengeluh sedikit pun. Bahkan lima tahun kemudian dia berhasil meraih gelar sarjana, meskipun harus menanggung utang sebesar US$ 1.400.

Dengan menamatkan studinya di Institut Teknologi California tidak berarti berakhir pula pengalaman pahitnya. Hampir seratus surat lamaran kerja yang dibuatnya ditolak oleh berbagai perusahaan. Akhirnya, dia memperoleh pekerjaan tetap di suatu perusahaan elektronika, tepatnya di bagian paten, pada tahun 1930.

Proses penemuan fotokopi bukan karena di tunjang oleh fasilitas yang memadai, tetapi karena ketekunan. Dia mengatur waktu kosongnya yang relatif singkat. Ketika menginjak usia 29 tahun, dia sudah mulai mengadakan penelitian tentang berbagai efek cahaya atas berbagai bahan guna memindahkan sesuatu tulisan dari satu lembar ke lembar lain. Karena itu, dia mulai bereksperimen di apartemennya dengan menggunakan efek fotoelektrik untuk mengadakan penggandaan. Tiap menjelang tidur malam, dia membaca buku yang dipinjam dari perpustakaan.

Penelitian, jelas memerlukan laboratorium. Karena itu, dia menyewa sebuah kamar sempit yang sangat sederhana di Astoria. Soalnya uangnya tidak cukup, karena gaji yang kecil sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar